Selasa, 18 September 2018

Jalan Keluar Masalah, Menolong Saudara

Pada dasarnya setiap manusia yang hidup di muka bumi mendapat cobaan dari Allah subhanahu wata'ala. Baik cobaan tersebut terasa mengenakkan maupun terasa menyedihkan. Allah subhanahuwata’ala berfirman
{وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ...}

“..Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (Q.S Al Anbiya’: 35)
Adanya musibah hendaknya membuat seorang mengingat Allah dan bertaqwa kepadaNya. Allah ta’ala berfirman
 {مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ الَّهِ ۗوَمَنْ يُؤْمِنْ بِالَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚوَالَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}

"Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. At Taghobun:11)

Diantara cobaan ada yang berupa musibah yang menimpa individu maupun secara masal. Seperti tanah longsor, banjir bandang, gempa bumi, gunung meletus. Allah subhanahuwata’ala berfirman

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu krikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Qs. Al-Ankabut: 40)

Terdapat dua jenis hikmah Allah mendatangkan musibah kepada manusia.
1. Sebagai Adzab, ditimpakan kepada manusia sebagai balasan ketika di dunia atas kemaksiatan yang di lakukan.

{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ}

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
{...فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ}
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya ..” (Qs. Al-Ankabut: 40)

2. Sebagai Kafaroh(Penghapus dosa), ditimpakan kepada seorang mukmin dalam rangka membersihkan dosa
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).
Dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا مِنْ شَىْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِى جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِه

“Tidaklah suatu musibah menimpa jasad seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan menghapuskan dosa-dosanya” (HR. Ahmad 4: 98. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa sanadnya shahih sesuai syarat Muslim).

Musibah yang sebenarnya bagi setiap manusia adalah musibah yang menimpa agamanya yang berupa syubhat dan syahwat, sekalipun dirinya adalah seorang yang penuh dengan kekayaan harta, tahta yang kesemuanya terasa mengenakkan hatinya. Karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:

وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلا مَبْلَغَ عَلِمْنَا

“Jangan Engkau jadikan musibah menimpa agama kami. Dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai keinginan kami yang terbesar dan sebagai pucak ilmu kami.”

Setiap musibah yang menimpa manusia hendaknya kita sikapi dengan sebaik-baiknya. Terdapat tingkatan sikap manusia menghadapi musibah.
1. Protes, marah-marah, tidak terima dengan kehendak Allah
Allah Ta’ala berfirman,
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ}

“Dan di antara manusia, ada yang menyembah Allah di pinggiran. Jika ia diberi nikmat berupa kebaikan, maka tenanglah hatinya. Namun jika ujian menimpanya, maka berubahlah rona wajahnya, jadilah ia merugi di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj: 11).

2. Sabar. Sebagaimana ungkapan seorang penyair Arab,
الصبر مثل اسمه مر مذاقته لكن عواقبه أحلى من العسل

Sabar itu memang seperti namanya (sebuah nama tumbuhan), yang rasanya pahit
Namun hasil dari kesabaran akan lebih manis dari madu

3. Ridha, ia berkeyakinan ujian dan nikmat yang menimpa dirinya sama saja, sama-sama bagian dari takdir Allah sekalipun ia dalam kondisi sedih. Kewajiban mukmin adalah meyakini takdir Allah

4. Syukur, bersyukur bahwa terdapat hikmah yang lebih besar di balik musibah yang menimpa dirinya.

Tingkatan tertinggi dalam menyikapi musibah adalah bersyukur. Terdapat 4 alasan seorang mukmin harus mensyukuri ujian yang menimpa dirinya.
1. Bersyukur musibah yang menimpa dirinya tidak lebih besar dari musibah itu sendiri
2. Bersyukur dengan musibah tersebut masih bisa mengingat Allah dan beristirja’
3.
4. Bersyukur bahwa musibah yang menimpa dirinya bukanlah musibah dalam agamanya.

Karena manusia tidak bisa lepas dari dosa dan kesalahan, hal yang harus dilakukan adalah bertaubat kepada Allah subhanahuwata’ala. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون
“Setiap manusia itu banyak berbuat salah, dan orang terbaik di antara mereka adalah yang bertaubat” (HR. At Tirmidzi no.2687. Dihasankan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi)

Adapun sikap seorang muslim terhadap saudara muslim lain yang terkena musibah adalah saling membantu dan berempati. Apabila seorang ingin Allah berikan jalan keluar dari urusan atau hajatnya maka hendaknya ia membantu hajat saudaranya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699).
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).

Semoga Allah memberi taufiq kepada kita.
Wallahua'lam

______
Faidah khutbah jumat Ustad Afifi abdul Wadud hafidzahullahuta’ala di Masjid Pogung dalangan 28 Dzulqo’dah 1439.
Ditulis oleh Muhammad Mufti Hanafi


Jumat, 08 Desember 2017

UKHTY MIYAKO

Urusan masak memasak pada umumnya memang identik dengan wanita, namun adapula kondisi wanita belum canggih dalam hal ini. Sebutlah Shohabiyah yang luar biasa, Putri sahabat terbaik Rasulullah dan saudara istri Rasulullah salallahu’alaihi wassalam, dialah Asma’ binti Abu bakar –radhiyallahuanha.

Diawal pernikahannya dengan Zubair radhiyallahu’anhu (sahabat yang masuk 10 orang yang dijamin surga), harus dimasakkan oleh tetangganya wanita-wanita anshor, karena beliau belum bisa masak. Tentu beliau istri sholihah, termasuk wanita yang pertama masuk islam dan terkenal dengan sebutan Pemilik Dua Ikat Pinggang.

Dari hal itu, memasak sebenarnya bukan kriteria ideal seorang istri, kenapa?
Bukankah Asma’ binti Abu Bakar seorang yang ideal?
Mungkin benar perkataan, kalau yang kamu cari yang putih pinter masak, mungkin dia ukhty Miyako. :D

Tapi sebentar,
Di sisi lain ada sohabiyah yang luar biasa pula, putri seorang Rasul. Dialah Fatimah binti Rasulillah. Belumkah sampai kepadamu kisah yang masyur bahwa dalam mengurus rumahtangganya, masak memasak tangan Fatimah Radhiyallahu’anha sampai menebal(Kapalan)?. Kisah ini yang kemudian Rasulullah menemui Fatimah saat bersama Ali di tempat tidurnya. Dan beliau salallahu’alaihiwassalam mengajari perihal yang lebih baik dari seorang budak(yang diminta Fatimah untuk membantunya), yakni Ucapan sebelum tidur tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali. (lihat hadist Ali, riwayat Bukhori 5421, Muslim 2091)


dan tidak ada cacian pada keduanya. Bahkan doa yang selalu mengiringinya, Rodhiyallahu’anhuma.

Jalan Keluar Masalah, Menolong Saudara

Pada dasarnya setiap manusia yang hidup di muka bumi mendapat cobaan dari Allah subhanahu wata'ala. Baik cobaan tersebut terasa mengena...